Memberikan Sinopsis pada sebuah Novel
Judul Novel : Salah Asuhan
Penulis :
Abdoel Moeis
Penerbit :
Balai Pustaka
Cetakan pertama : Tahun 1928
Jumlah halaman : 273
Hanafi, seorang pribumi yang tinggal
di Solok. Ibunya yang sudah menjanda tetap berusaha untuk bisa menyekolahkan
Hanafi di Betawi meski untuk pembiayaannya harus meminta bantuan mamaknya,
Sutan Batuah. Hingga pada akhirnya ia berhasil tamat bersekolah di HBS.
Hanafi memiliki seorang sahabat yang
bernama Corrie du Bussee. Sebenarnya Hanafi mencintai Corrie. Namun, Corrie
tidak mungkin menjadi istrinya karena mereka berbeda bangsa. Hanafi orang
Bumiputra sedangkan Corrie orang Eropa.
Pada sore hari, Hanafi mengunang
Corrie untuk berkunjung ke rumahnya esok pukul 5 petang. Awalnya Corrie ingin
mengajak kawannya untuk menemaninya ke rumah Hanafi. Namun, Hanafi melarangnya.
Seusai Corrie banyak berbincang
dengan Hanafi, Corrie bertanya kepada ayahnya bahwa apakah perbedaan
pencampuran laki-laki Barat dan perempuan Timur dengan yang sebaliknya. Ayahnya
pun menjelaskan panjang lebar.
“Perbedaan itu sungguh ada, Corrie,
dan sungguh besar sekali. Sebabnya tiada lain, karena penyakit “kesombongan
bangsa” itu juga. Orang barat dating kemari, dengan membawa pengetahuan dan
perasaan, bahwa ialah yang dipertuan bagi orang disini. Jika ia dattang ke
negeri ini dengan tidak membawa nyonya sebangsa dengan dia, tidak dipandang
terlalu hina, bila ia mengambil ‘nyai’ dari. Jika ‘nyai’ itu nantii beranak,
pada pemandangan orang Barat itu sudahlah ia berjasa besar tentang memperbaiki
bangsa dan darah dari sini. Tapi lain sekali keadaannya pada pertimbangan orang
Barat itu, kalau seseorang nyonya Barat sampai bersuami, bahkan beranak dengan
orang sini. Terlebih dahulu nyonya itu dipandang seolah-olah sudah menghinakan
dirinya sebagai bangsa Barat; dan dikatakan sudah ‘membuang diri’ kepada orang
sini….”
Ibu Hanafi menyuruh Hanafi untuk
menikahi anak mamaknya, Sutan Batuah yang bernama Rapiah. Namun Hanafi
menolaknya. Ia berpikir bahwa Rapiah tidak pantas untuknya. Akhirnya, ibunya
menceritakan kepada Hanafi bahwa Ibunya memiliki utang terhadap Sutan Batuah.
Meski terkejut mendengar perkataan Ibunya, Hanafi tetap tidak mau menikah dengan
Rapiah. Ia ingin membayar utangnya dengan gajinya setiap bulan. Namun Ibunya
berkata “Utang uang dibayar dengan uang, utang budi dibayar dengan budi. Dan
hutang Hanafi bukanlah utang uang melainkan utang budi. Hanafi tetap tidak mau
menikahi Rapiah.
Keesokan harinya, Corrie bimbang
dengan perasaan hatinya. Ia bingung apakah ia mencintai Hanafi atau tidak. Ia
mencoba menghitung pada buah baju kimononya seolah sedang meramal.
“Cinta-tidak-cinta-tidak-cinta!” lima buah kimononya berhenti pada kata Cinta!
Tapi setelah dipikir-pikir, jelas saja berakhir pada cinta, jumlah buah kimono
ini ada 5 dan dia mulai dari kata cinta, seandainya ia mulain dengan kata
tidak, sudah pasti diakhiri dengan tidak.
Berkali-kali ia melakukan hal yang
sama, mulai dari menghitung buah kimono, suara tokek, menghitung strip kelambu,
hingga menghitung jumlah ubin. Namun akhirnya selalu sama. Yaitu berujung pada
kata “Cinta!”.
Makin bimbanglah hati Corrie. Tapi
ia tetap merasa bahwa ia tidak mencintai Hanafi.
Untuk melupakan sosok Hanafi, Corrie
meninggalkan Solok dan pindah ke Betawi. Dan saat Corrie meninggalkan Solok,
Hanafi menikah dengan Rapiah. Namun, pernikahannya dengan Rapiah tidak seindah
yang diinginkan ibu Hanafi. Hanafi suka memarahi Rapiah.
Setelah dua tahun usia pernikahan
Hanafi dengan Rapiah, mereka (lebih tepatnya Rapiah) dikaruniai satu orang
putra yang diberi nama Syafei. Hanafi tidak menganggap Syafei sebagai anaknya,
ia menganggap Syafei adalah anak Rapiah seorang.
Suatu sore, saat Hanafi dan ibunya sedang
bercakap-cakap, Hanafi digigit oleh anjing gila. Oleh karena itu, ia dirujuk ke
rumah sakit di Betawi untuk pengobatan. Betapa senangnya hati Hanafi saat ia
tahu bahwa ia harus ke Betawi.
Di Betawi, Hanafi bertemu kembali dengan
Corrie. Mereka kembali akrab. Dan Corrie pun mulai merasa bahwa ia mencintai
Hanafi. Betapa sedihnya hati Corrie saat ia harus ditinggal lagi oleh Hanafi.
Karena kerabat yang ia punya sekarang tinggallah Hanafi seorang setelah
kepergian ayahnya.
Namun, Hanafi tidak jadi kembali ke
Solok dan ingin menetap di Betawi tanpa memperdulikan ibu dan istrinya di
Solok. Akhirnya secara diam-diam Hanafi dengan Corrie melangsungkan pernikahan.
Kehidupan pernikahan Hanafi dan
Corrie tidak seindah yang mereka bayangkan. Corrie kini menjadi pendiam dan
Hanafi menjadi pemarah.
Puncak pertengkaran mereka terjadi
ketika Hanafi menuduh Corrie berbuat serong. Corrie tidak terima dirinya
dikatakan berbuat serong. Corrie pun memutuskan bahwa ingin diceraikan untuk
seumur hidup.
Setelah itu, Corrie pindah ke
Semarang dan bekerja di sebuah panti asuhan. Hanafi pun jatuh sakit. Pada saat
itu, teman Hanafi memberitahu Hanafi pendapat orang terhadapnya. Ia ingin
mengajak Corrie rujuk kembali. Namun, pertemuannya dengan Corrie di Semarang
merupakan pertemuan terakhirnya. Corrie mengidap penyakit kronis. Sebelum
menghembuskan napas terakhirnya, Corrie sudah memaafkan semua kesalah Hanafi.
Hanafi pun kembali jatuh sakit.
Setelah kejadian itu, Hanafi pulang
ke Solok untuk meminta maaf kepada ibunya dan Rapiah. Ia juga ingin melihat
kondisi anaknya yang sekarang. Namun, saat Hanafi telah menemui Ibunya, Rapiah, dan Syafei, ia malah meminum racun dan menghembuskan nafas terakhirnya di depan ibunya.
Ciri-ciri
kebiasaan, adat, dan etika dalam novel angkatan 20-30an :
1.
Problem
yang dibahas adalah problem adat, misalnya perkawinan, perceraian, perebutan
warisan, dsb.
Dalam novel
Salah Asuhan, yang dibahas adalah problem perkawinan lain bangsa. Ciri tersebut
ada pada perkataan ayah Corrie di halaman 6, yang berbunyi :
“Perbedaan itu
sungguh ada, Corrie, dan sungguh besar sekali. Sebabnya tiada lain, karena
penyakit “kesombongan bangsa” itu juga. Orang barat dating kemari, dengan
membawa pengetahuan dan perasaan, bahwa ialah yang dipertuan bagi orang disini.
Jika ia dattang ke negeri ini dengan tidak membawa nyonya sebangsa dengan dia,
tidak dipandang terlalu hina, bila ia mengambil ‘nyai’ dari. Jika ‘nyai’ itu
nantii beranak, pada pemandangan orang Barat itu sudahlah ia berjasa besar
tentang memperbaiki bangsa dan darah dari sini. Tapi lain sekali keadaannya
pada pertimbangan orang Barat itu, kalau seseorang nyonya Barat sampai
bersuami, bahkan beranak dengan orang sini. Terlebih dahulu nyonya itu
dipandang seolah-olah sudah menghinakan dirinya sebagai bangsa Barat; dan
dikatakan sudah ‘membuang diri’ kepada orang sini….”
2.
Pertentangan
antar kaum tua (mewakili adat lama) dengan kaum muda yang terpelajar (mewakili
adat kaum muda)
Dalam novel
Salah Asuhan, pertentangan yang terjadi adalah antara Hanafi dan Ibunya. Hanafi
memiliki utang budi kepada Sutan Batuah dan Ibunya menyuruhnya menikahi anak
Sutan Batuah tersebut. Namun Hanafi tidak mau, ia ingin membayar utangnya
dengan gajinya setiap bulan. Buktinya ada pada halaman 30, yang berbunyi :
Ibu Hanafi
menyuruh Hanafi untuk menikahi anak mamaknya, Sutan Batuah yang bernama Rapiah.
Namun Hanafi menolaknya. Ia berpikir bahwa Rapiah tidak pantas untuknya. Akhirnya,
ibunya menceritakan kepada Hanafi bahwa Ibunya memiliki utang terhadap Sutan
Batuah. Meski terkejut mendengar perkataan Ibunya, Hanafi tetap tidak mau
menikah dengan Rapiah. Ia ingin membayar utangnya dengan gajinya setiap bulan.
Namun Ibunya berkata “Utang uang dibayar dengan uang, utang budi dibayar dengan
budi”. Dan hutang Hanafi bukanlah utang uang melainkan utang budi. Hanafi tetap
tidak mau menikahi Rapiah.
3.
Tema
pendidikan sangat menonjol, bahkan pengarang cenderung menggurui pembaca.
Dalam novel
Salah Asuhan, banyak menceritakan tentang kedurhakaan
seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak
yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh
ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat
istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap
demikian.
4.
Cerita
berlatar belakang kedaerahan (didominasi oleh daerah Sumatra).
Dalam novel
Salah Asuhan, latar belakangnya ada didaerah Solok, Sumatera Utara.
5.
Tema
cerita bertema romantik.
Dalam novel
Salah Asuhan, menceritakan kisah romantik. Karena, novel ini bercerita tentang
kisah cinta Rapiah-Hanafi-Corrie.
artikel yang menarik
BalasHapusKunjungi juga artikel kami tentang resensi salah asuhan, novel salah asuhan, sinopsis salah asuhan atau novel abdul muis