Minggu, 02 Februari 2014

"SALAH ASUHAN'



Memberikan Sinopsis pada sebuah Novel


Judul Novel                 : Salah Asuhan
Penulis                         : Abdoel Moeis
Penerbit                       : Balai Pustaka
Cetakan pertama         : Tahun 1928
Jumlah halaman           : 273

 
            Hanafi, seorang pribumi yang tinggal di Solok. Ibunya yang sudah menjanda tetap berusaha untuk bisa menyekolahkan Hanafi di Betawi meski untuk pembiayaannya harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Hingga pada akhirnya ia berhasil tamat bersekolah di HBS.
            Hanafi memiliki seorang sahabat yang bernama Corrie du Bussee. Sebenarnya Hanafi mencintai Corrie. Namun, Corrie tidak mungkin menjadi istrinya karena mereka berbeda bangsa. Hanafi orang Bumiputra sedangkan Corrie orang Eropa.
            Pada sore hari, Hanafi mengunang Corrie untuk berkunjung ke rumahnya esok pukul 5 petang. Awalnya Corrie ingin mengajak kawannya untuk menemaninya ke rumah Hanafi. Namun, Hanafi melarangnya.
            Seusai Corrie banyak berbincang dengan Hanafi, Corrie bertanya kepada ayahnya bahwa apakah perbedaan pencampuran laki-laki Barat dan perempuan Timur dengan yang sebaliknya. Ayahnya pun menjelaskan panjang lebar.
            “Perbedaan itu sungguh ada, Corrie, dan sungguh besar sekali. Sebabnya tiada lain, karena penyakit “kesombongan bangsa” itu juga. Orang barat dating kemari, dengan membawa pengetahuan dan perasaan, bahwa ialah yang dipertuan bagi orang disini. Jika ia dattang ke negeri ini dengan tidak membawa nyonya sebangsa dengan dia, tidak dipandang terlalu hina, bila ia mengambil ‘nyai’ dari. Jika ‘nyai’ itu nantii beranak, pada pemandangan orang Barat itu sudahlah ia berjasa besar tentang memperbaiki bangsa dan darah dari sini. Tapi lain sekali keadaannya pada pertimbangan orang Barat itu, kalau seseorang nyonya Barat sampai bersuami, bahkan beranak dengan orang sini. Terlebih dahulu nyonya itu dipandang seolah-olah sudah menghinakan dirinya sebagai bangsa Barat; dan dikatakan sudah ‘membuang diri’ kepada orang sini….”
            Ibu Hanafi menyuruh Hanafi untuk menikahi anak mamaknya, Sutan Batuah yang bernama Rapiah. Namun Hanafi menolaknya. Ia berpikir bahwa Rapiah tidak pantas untuknya. Akhirnya, ibunya menceritakan kepada Hanafi bahwa Ibunya memiliki utang terhadap Sutan Batuah. Meski terkejut mendengar perkataan Ibunya, Hanafi tetap tidak mau menikah dengan Rapiah. Ia ingin membayar utangnya dengan gajinya setiap bulan. Namun Ibunya berkata “Utang uang dibayar dengan uang, utang budi dibayar dengan budi. Dan hutang Hanafi bukanlah utang uang melainkan utang budi. Hanafi tetap tidak mau menikahi Rapiah.
            Keesokan harinya, Corrie bimbang dengan perasaan hatinya. Ia bingung apakah ia mencintai Hanafi atau tidak. Ia mencoba menghitung pada buah baju kimononya seolah sedang meramal. “Cinta-tidak-cinta-tidak-cinta!” lima buah kimononya berhenti pada kata Cinta! Tapi setelah dipikir-pikir, jelas saja berakhir pada cinta, jumlah buah kimono ini ada 5 dan dia mulai dari kata cinta, seandainya ia mulain dengan kata tidak, sudah pasti diakhiri dengan tidak.
            Berkali-kali ia melakukan hal yang sama, mulai dari menghitung buah kimono, suara tokek, menghitung strip kelambu, hingga menghitung jumlah ubin. Namun akhirnya selalu sama. Yaitu berujung pada kata “Cinta!”.
            Makin bimbanglah hati Corrie. Tapi ia tetap merasa bahwa ia tidak mencintai Hanafi.
            Untuk melupakan sosok Hanafi, Corrie meninggalkan Solok dan pindah ke Betawi. Dan saat Corrie meninggalkan Solok, Hanafi menikah dengan Rapiah. Namun, pernikahannya dengan Rapiah tidak seindah yang diinginkan ibu Hanafi. Hanafi suka memarahi Rapiah.
            Setelah dua tahun usia pernikahan Hanafi dengan Rapiah, mereka (lebih tepatnya Rapiah) dikaruniai satu orang putra yang diberi nama Syafei. Hanafi tidak menganggap Syafei sebagai anaknya, ia menganggap Syafei adalah anak Rapiah seorang.
            Suatu sore, saat Hanafi dan ibunya sedang bercakap-cakap, Hanafi digigit oleh anjing gila. Oleh karena itu, ia dirujuk ke rumah sakit di Betawi untuk pengobatan. Betapa senangnya hati Hanafi saat ia tahu bahwa ia harus ke Betawi.
            Di Betawi, Hanafi bertemu kembali dengan Corrie. Mereka kembali akrab. Dan Corrie pun mulai merasa bahwa ia mencintai Hanafi. Betapa sedihnya hati Corrie saat ia harus ditinggal lagi oleh Hanafi. Karena kerabat yang ia punya sekarang tinggallah Hanafi seorang setelah kepergian ayahnya.
            Namun, Hanafi tidak jadi kembali ke Solok dan ingin menetap di Betawi tanpa memperdulikan ibu dan istrinya di Solok. Akhirnya secara diam-diam Hanafi dengan Corrie melangsungkan pernikahan.
            Kehidupan pernikahan Hanafi dan Corrie tidak seindah yang mereka bayangkan. Corrie kini menjadi pendiam dan Hanafi menjadi pemarah.
            Puncak pertengkaran mereka terjadi ketika Hanafi menuduh Corrie berbuat serong. Corrie tidak terima dirinya dikatakan berbuat serong. Corrie pun memutuskan bahwa ingin diceraikan untuk seumur hidup.
            Setelah itu, Corrie pindah ke Semarang dan bekerja di sebuah panti asuhan. Hanafi pun jatuh sakit. Pada saat itu, teman Hanafi memberitahu Hanafi pendapat orang terhadapnya. Ia ingin mengajak Corrie rujuk kembali. Namun, pertemuannya dengan Corrie di Semarang merupakan pertemuan terakhirnya. Corrie mengidap penyakit kronis. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Corrie sudah memaafkan semua kesalah Hanafi. Hanafi pun kembali jatuh sakit.
            Setelah kejadian itu, Hanafi pulang ke Solok untuk meminta maaf kepada ibunya dan Rapiah. Ia juga ingin melihat kondisi anaknya yang sekarang. Namun, saat Hanafi telah menemui Ibunya, Rapiah, dan Syafei, ia malah meminum racun dan menghembuskan nafas terakhirnya di depan ibunya.

Ciri-ciri kebiasaan, adat, dan etika dalam novel angkatan 20-30an :
1.      Problem yang dibahas adalah problem adat, misalnya perkawinan, perceraian, perebutan warisan, dsb.
Dalam novel Salah Asuhan, yang dibahas adalah problem perkawinan lain bangsa. Ciri tersebut ada pada perkataan ayah Corrie di halaman 6, yang berbunyi :
“Perbedaan itu sungguh ada, Corrie, dan sungguh besar sekali. Sebabnya tiada lain, karena penyakit “kesombongan bangsa” itu juga. Orang barat dating kemari, dengan membawa pengetahuan dan perasaan, bahwa ialah yang dipertuan bagi orang disini. Jika ia dattang ke negeri ini dengan tidak membawa nyonya sebangsa dengan dia, tidak dipandang terlalu hina, bila ia mengambil ‘nyai’ dari. Jika ‘nyai’ itu nantii beranak, pada pemandangan orang Barat itu sudahlah ia berjasa besar tentang memperbaiki bangsa dan darah dari sini. Tapi lain sekali keadaannya pada pertimbangan orang Barat itu, kalau seseorang nyonya Barat sampai bersuami, bahkan beranak dengan orang sini. Terlebih dahulu nyonya itu dipandang seolah-olah sudah menghinakan dirinya sebagai bangsa Barat; dan dikatakan sudah ‘membuang diri’ kepada orang sini….”
2.      Pertentangan antar kaum tua (mewakili adat lama) dengan kaum muda yang terpelajar (mewakili adat kaum muda)
Dalam novel Salah Asuhan, pertentangan yang terjadi adalah antara Hanafi dan Ibunya. Hanafi memiliki utang budi kepada Sutan Batuah dan Ibunya menyuruhnya menikahi anak Sutan Batuah tersebut. Namun Hanafi tidak mau, ia ingin membayar utangnya dengan gajinya setiap bulan. Buktinya ada pada halaman 30, yang berbunyi :
Ibu Hanafi menyuruh Hanafi untuk menikahi anak mamaknya, Sutan Batuah yang bernama Rapiah. Namun Hanafi menolaknya. Ia berpikir bahwa Rapiah tidak pantas untuknya. Akhirnya, ibunya menceritakan kepada Hanafi bahwa Ibunya memiliki utang terhadap Sutan Batuah. Meski terkejut mendengar perkataan Ibunya, Hanafi tetap tidak mau menikah dengan Rapiah. Ia ingin membayar utangnya dengan gajinya setiap bulan. Namun Ibunya berkata “Utang uang dibayar dengan uang, utang budi dibayar dengan budi”. Dan hutang Hanafi bukanlah utang uang melainkan utang budi. Hanafi tetap tidak mau menikahi Rapiah.
3.      Tema pendidikan sangat menonjol, bahkan pengarang cenderung menggurui pembaca.
Dalam novel Salah Asuhan, banyak menceritakan tentang kedurhakaan seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap demikian.
4.      Cerita berlatar belakang kedaerahan (didominasi oleh daerah Sumatra).
Dalam novel Salah Asuhan, latar belakangnya ada didaerah Solok, Sumatera Utara.
5.      Tema cerita bertema romantik.
Dalam novel Salah Asuhan, menceritakan kisah romantik. Karena, novel ini bercerita tentang kisah cinta Rapiah-Hanafi-Corrie.

1 komentar: